Para pemimpin dan elite politik saat ini cenderung berpikir jangka pendek untuk kepentingan diri sendiri dan kelompok. Akibatnya, agenda bangsa yang mendasar dan berjangka panjang ke depan malah kerap terabaikan.
Demikian terungkap dalam diskusi ”Pemikiran Nurcholish Madjid untuk Isu-isu Aktual Bangsa” di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (6/4). Para pembicara, antara lain, pengamat etika dan filsafat Haidar Bagir, Romo Franz Magnis Suseno, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, dan pengamat sosial Soegeng Sarjadi.
Mereka menilai bangsa ini sepatutnya berterima kasih kepada Nurcholish Madjid. Cendekiawan Muslim yang disapa Cak Nur itu menyumbangkan banyak pemikiran penting, terutama tentang Islam moderat, demokrasi, dan masyarakat madani. Semua gagasan itu berpengaruh kuat dalam pembentukan bangsa, bahkan hingga jauh ke depan.
Menurut Soegeng Sarjadi, semestinya para pemimpin sekarang juga berpikir jauh ke depan, mungkin hingga 100 tahun lagi. Mereka dituntut untuk membuat kebijakan yang berdampak besar bagi kesejahteraan rakyat. Sayangnya, elite politik saat ini justru malah berpikir pendek.
”Para pemimpin sekarang berpikir untuk kepentingan Pemilu 2014 atau kebutuhan pragmatis lain. Semuanya demi kelompoknya. Orang berpikiran pendek seperti itu sebenarnya tidak pantas memimpin negeri ini,” katanya.
Menurut Franz Magnis Suseno, sumbangan lain Cak Nur adalah gagasannya membuka horizon lebih luas dalam pemahaman keagamaan. Cak Nur punya pandangan dan sikap positif dalam menghormati agama lain. Dalam waktu bersamaan, dia tetap menjadi Muslim seutuhnya.
Kebekuan hubungan antaragama dipecahkan dengan pandangan terbuka. Selain memikirkan keislaman, Cak Nur juga membangun gagasan kebangsaan dan demokrasi. ”Sikap seperti itu perlu ditumbuhkan di tengah gejala kepicikan dalam pemahaman beragama di Indonesia sekarang,” ujarnya.
Anies Baswedan menilai Cak Nur punya pandangan positif dalam melihat persoalan dan mengejar sesuatu yang lebih baik. Dalam platform pengembangan Indonesia ke depan, misalnya, Cak Nur mengajukan konsep peningkatan kesejahteraan, bukan pemberantasan kemiskinan. Kebutuhan bangsa ini memang bukan memerangi kemiskinan, yang menjadi bagian dari kehidupan bangsa ini sejak Proklamasi tahun 1945, melainkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sumber : kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar