Sekretaris III, Pelaksana Fungsi Pensosbud/Diplik KBRI Brussel, Royhan N.Wahab, dalam rilisnya kepada Rakyat Merdeka Online(Sabtu, 5/3), menjelaskan hal itu sebagai topik yang disampaikan Dubes RI Brussel, Arif Havas Oegroseno, dalam paparannya mengenai Managing Strategic Waters in Southeast Asia pada Roundtable Discussion yang diselenggarakan pada Rabu (2/3) di European Institue for Asian Studies (EIAS), sebuah lembaga think-tank berbasis di Brussel yang fokus pada isu-isu di Asia.
Paparan Indonesia ini didampingi oleh pejabat Komisi Eropa dari Directorate General for Maritime Affairs and Fisheries, Daniela Chitu, dan pakar Hubungan Internasional dari Université Catholique de Louvain, Prof. Tanguy Struye. Menurut Dubes RI Brussel, jumlah kapal asing yang memasuki kawasan perairan tersebut dari waktu ke waktu akan semakin meningkat. Pada tahun 2015 diperkirakan bahwa kapal yang menggunakan salah satu jalur pelayaran yang saat ini dinilai paling efisien tersebut akan berjumlah 120.000 kapal.
Kapal-kapal yang melewati perairan tersebut adalah kapal-kapal yang membawa energi dari Afrika dan Timur Tengah ke Asia Timur dan juga yang membawa berbagai produk perdagangan dari Asia ke Eropa dan sebaliknya. Karena jalur perairan tersebut sangat strategis, maka keselamatan navigasi (safety of navigation) di wilayah perairan tersebut telah terus menerus dikelola bersama-sama di antara para negara pengguna dan stakeholders lainnya, demikian imbuh Dubes RI Brussel.
Pengelolaan keselamatan navigasi, yang dilakukan di wilayah perairan tersebut saat ini, dikelola secara trilateral antara Indonesia, Malaysia, dan Singapore. Hingga sejauh ini, kontribusi Eropa terhadap pengelolaan Selat Malaka masih jauh di bawah negara-negara lain seperti Jepang, China, dan Uni Emirat Arab, walaupun jumlah kapal yang menggunakan Selat Malaka untuk memfasilitasi perdagangan Eropa-Asia sangat signifikan.
Pada tahun 2009 tercatat 370 juta ton barang dari Asia Timur dan Tenggara yang diturunkan di pelabuhan-pelabuhan di Uni Eropa. Dalam perdebatan terlihat adanya apresiasi yang tinggi terhadap peran Indonesia dalam mengelola keamanan, keselamatan navigasi, dan perlindungan lingkungan di Selat Malaka dan Selat Singapura serta pandangan bahwa Eropa perlu meningkatkan kontribusi dalam pengelolaan keselamatan navigasi di kawasan tersebut sebagai bentuk positif apresiasi terhadap upaya negara-negara pantai dalam mengelola Selat Malaka dan Selat Singapura.[ald]
(Source : rakyatmerdeka.com)
0 komentar:
Posting Komentar