Pemilihan Kepala Daerah DKI (Pilkada DKI) memang masih setahun lagi. Namun, geliat serta opini yang terbangun di tengah-tengah masyarakat Jakarta begitu gencar dan menarik. Sebab, masing-masing kandidat, utamanya mereka yang maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI periode 2012-2017 memasang ancang-ancang untuk memenangkan pertarungan pilkada. Pilkada DKI tidak saja Pilkada-nya orang Jakarta.
Perhatian serta sorotan akan cukup luas mengingat Jakarta adalah ibu kota negara yang di dalamnya terdapat berbagai kepentingan elit-elit pusat, mulai dari konteks bisnis, sosial, dan politik. Fakta ini tak bisa dihindarkan karena Jakarta merupakan barometer politik Indonesia dan campur tangan pemain politik nasional akan terasa kental. Bahkan, pada skala tertentu para agen asing juga turut bermain di dalam proses pertarungan pilkada DKI mengingat banyaknya kepentingan asing di Jakarta, khususnya dalam konteks bisnis yang mereka miliki.
Diakui atau tidak, selama hampir lima tahun kepemimpinan Fauzi Bowo dan Prijanto, banyak terobosan yang dilakukan oleh duet pemimpin yang terpilih pada tahun 2006 ini. Foke, sapaan akrabnya, melakukan berbagai hal yang tentunya memberi maslahat pada kota Jakarta. Sayangnya, prestasi itu masih jauh dari harapan serta janji kampanye yang disampaikan Foke pada Pilkada sebelumnya. Bagi warga Jakarta, Foke gagal karena tak kunjung menyelesaikan persoalan klasik yang dihadapi Jakarta, mulai dari banjir, kemacetan, gelandangan, rumah kumuh hingga jumlah masyarakat miskin di Jakarta.
Foke yang mengusung ”Serahkan pada ahlinya” ternyata hanya menambah beban bagi warga Jakarta. Tak ayal berbagai penolakan serta sikap kritis sejumlah kalangan muncul ke publik. Bahkan, Presiden SBY beberapa waktu yang lalu menilai jika janji Foke hanya pepesan kosong tanpa ada bukti yang terealisasi. Di dunia maya pun sindiran terhadap Foke gencar dilakukan oleh mereka yang kecewa terhadap kepemimpinan Foke. Mulai dari karikatur Foke tanpa kumis hingga slogan sindiran seperti "Foke: memberi janji, bukan bukti" ramai di dunia maya. Gejala ini tentu saja bukan intrik politik yang dilakukan oleh rival Foke pada Pilkada nanti. Berbagai kekecewaan justru datang dari suara hati warga Jakarta yang kecewa atas kepemimpinan Foke selama hampir lima tahun ini.
Berbagai isu tersebut tentu saja perlu dibuktikan melalui data yang tersaji di dalamnya. Namun, secara kasat mata, bagi mereka warga Jakarta kondisi yang telah disebutkan diatas pastinya akan diamini mengingat begitulah fakta yang terjadi sehari-hari di ibu kota negara ini. Jakarta identik dengan macet dan banjir. Jakarta identik dengan kota gelandangan dan pemukiman kumuh. Dan bahkan Jakarta identik dengan kota yang tak jelas peruntukkannya akibat ketiadaan terobosan yang dilakukan selama Foke berkuasa. Lantas, masyarakat bertanya: apa saja yang dilakukan Foke selama ia menjadi penguasa Jakarta?
Harapan masyarakat dan seluruh elemen bangsa tentunya menginginkan perbaikan yang secara bertahap dilakukan oleh penguasa Jakarta. Sebab, sebagai ibu kota negara, Jakarta harus ditata serapih mungkin sehingga dapat menjadi kebanggan rakyat Indonesia di mata negara lain. Jika kita menengok ibu kota di negara-negara tetangga, tentu kita miris membandingkannya. Jakarta seperti ibu kota yang tidak terurus akibat kepemimpinan yang lemah dan miskin inovasi. Maka dari itu, menjelang Pilkada DKI Jakarta di tahun 2012 nanti, berbagai harapan, pandangan dan keinginan warga Jakarta entah dari partai dan kelompok mana calon pemimpin tersebut segera menemukan solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi Jakarta dari macet, banjir dan kemiskinan yang masih cukup tinggi di kota ini. Jakarta membutuhkan seorang pemimpin tegas yang berani melakukan terobosan untuk mengeluarkan Jakarta dari persoalan klasik seperti yang disebutkan.
Pekerjaan rumah itu adalah tugas serta tanggung jawab dari seorang pemimpin Jakarta nantinya. Sebab, rakyat tak peduli darimana dan partai apa yang mendukung calon gubernur dan wakil gubernur nantinya. Asal pemimpin tersebut mampu mengeluarkan berbagai persoalan yang dialami masyarakat Jakarta, itulah yang kemudian akan mereka dukung. Karena itu, kebutuhan untuk mencari serta mengidentifikasi siapa calon gubernur dan wakil gubernur berdasar kriteria masyarakat serta partai politik di Jakarta menjadi sebuah keharusan. Dengan harapan bahwa DKI Jakarta akan memiliki pemimpin yang cerdas dan benar-benar ahli mengerjakan bukan ahli berjanji.
M. Chairul Basyar
(Source : rakyatmerdeka.com)
0 komentar:
Posting Komentar