Berkat reformasi, kebebasan beragama dan tumbuhnya kerukunan beragama makin kukuh. Kebebasan beragama itu juga merekatkan hubungan antarummat dan tokoh lintas agama. Sebut saja, beberapa peristiwa atau isu nasional yang sempat mencuat seperti aksi terorisme. Para tokoh lintas agama bersatu dan menyikapinya secara bersama- sama. Misalnya dengan mengeluarkan sikapnya. Mereka mengadakan dialog- dialog bersama menyikapi persoalan bangsa.
Kemudian beberapa waktu lalu, pemuka agama kompak mengkritik pemerintahan dengan menyatakan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbohong soal hasil pembangunan. Mereka menilai pemerintahan penuh dengan kepalsuan. Saat itu, pemuka agama ini dinilai mulai masuk dalam ranah politik praktis, bukan lagi murni gerakan moral.
Seperti yang disebutkan oleh Sekretaris Kabinet Dipo Alam. Dipo menyebut bahwa pemuka agama tak ubahnya burung gagak pemakan bangkai yang berpenampilan burung merpati putih. Tak lama kemudian, dia menyebut pemuka agama kelompok mata kalong yang rabun melihat keindahan dan hanya melihat kegelapan atau keburukan.
Tak lama kemudian, keharmonisan para pemuka agama ini menjadi goyah setelah ada dukungan dari Sekretaris Konferensi Wali Gereja Indonesia Romo Benny Susetyo kepada Ahmadiyah.
Padahal sudah jelas, dari kalangan tokoh ummat Islam sendiri seperti Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin yang juga penggangas kelompok tokoh lintas agama menegaskan bahwa Ahmadiyah sudah jelas-jelas bertentangan dengan akidah Islam, terutama karena mereka meyakini Mirza Ghulam sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Padahal, ummat Islam meyakini bahwa Nabi Muhammad ialah penutup para nabi dan rasul.
"Banyak yang tidak tahu, Ahmadiyah menampilkan Mirza sebagai Imam Mahdi serta mengkafirkan kelompok lain, termasuk Islam. Maka ada reaksi MUI (Majelis Ulama Indonesia), Muhamadiyah dan ormas lain," ujarnya seusai menghadiri seminar internasional 'Islam, Peace, and Justice' di Hotel Sahid, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (5/3/2011).
Menurut dia, organisasi massa (ormas) Islam, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) tidak mau bertindak melanggar hukum dan menyerahkan persoalan Ahmadiyah pada wewenang negara untuk bertindak tegas, supaya tidak menimbulkan reaksi dan keresahan masyarakat.
Sikap kontroversial Romo Benny juga mengundang reaksi dari tokoh lintas agama KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah). Dia menyayangkan pembelaan anggota Badan Pekerja Tokoh Lintas Agama Romo Benny Susetyo terhadap kelompok Ahmadiyah. Bagi Gus Sholah, polemik Ahmadiyah adalah urusan internal umat Islam.
“Disayangkan kalau beliau (Romo Benny) ikut membela Ahmadiyah. Walaupun Romo Benny berhak berbicara namun sebaiknya jangan ikut membela. Sebab, itu malah memperkeruh suasana,” tandas Gus Sholah kepadaINILAH.COM, Minggu (6/3/2011)
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, itu, tokoh-tokoh nonmuslim seperti Romo Benny tidak pada tempatnya jika ikut terseret dalam perdebatan dan polemik Ahmadiyah. Menurut adik mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, tindakan Romo Benny itu malah bisa menambah daftar masalah menjadi kian rumit.
Selain itu, Gus Sholah menilai ikut campurnya agamawan non-muslim dalam penyelesaian Ahmadiyah justru bisa merusak kebersamaan tokoh lintas agama yang belakangan terjalin dengan baik.
Tak hanya itu, tokoh lintas agama lainnya, Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Hasyim Muzadi juga bereaksi keras terhadap Ahmadiyah. Hasyim menegaskan bahwa penyebaran ajaran Ahmadiyah harus segera dihentikan, agar tidak terus menerus menjadi sumber konflik di masyarakat, termasuk politisasi oleh pihak-pihak tertentu yang ingin mendompleng isu tersebut.
"Ajaran ini sangat rawan memicu terjadinya kemarahan masyarakat, termasuk politisasi dari pihak-pihak tertentu yang ingin mendompleng isu ini sehingga makin memperkeruh suasana," ujar mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Menurut dia, pengikut Ahmadiyah hanya segelintir orang saja di Indonesia, namun isunya bisa menjadi sangat besar dengan adanya ikut campur dari kalangan tertentu itu.
Menurut Hasyim, yang mendukung dibiarkannya penyebaran ajaran Ahmadiyah itu hanyalah Jaringan Islam Liberal (JIL) atau LSM yang mengatasnamakan HAM (hak asasi manusia), karena mereka tidak merasa memiliki Islam.
Melihat kisruh itu, Dipo Alam mengingatkan agar kelompok “gagak hitam berbulu merpati putih” jangan memainkan kartu kontroversi Ahmadiyah. Mereka sebaiknya melakukan syiar atau penggembalaan kepada umatnya dalam kesejukan toleransi beragama, bukan sebaliknya mengobarkan kegaduhan kerukunan umat beragama.
"Ini berpotensi melebar ke arah konflik horizontal karena Romo Benny Susetyo pengurus KWI sudah mencampur adukkan masalah internal umat Islam."
Dipo mengingatkan agar kelompok gagak hitam berbulu merpati putih, yang mengaku gerakan moral tapi sebenarnya gerakan politik, tidak memperkeruh keadaan.
Namun demikian, terkait dengan tindakan Romo Benny, Hasyim Muzadi percaya bahwa agama lain, seperti Katholik dan Protestan, tidak ingin ikut campur dalam persoalan ini. Karena mereka juga akan marah jika ada bagian dari mereka, yang misalnya tidak mengakui Yesus.
"Kalaupun Romo Benny Susetyo membela-bela Ahmadiyah itu kan dia menggunakan nama Yayasan Setara, bukan mengatasnamakan agama Katholik. Agama Katholik tidak mungkin intervensi untuk memperkeruh suasana," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar